visibility:hidden; }
WELCOME AT BANYUASIN_SUMATRA SELATAN

Jumat, 03 September 2010

GAMBARAN PANGKALAN BALAI

A. LETAK GEOGRAFIS

             Kota Pangkalan Balai secara adminitrasi,merupakan suatu wilayah kota yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Banyuasin III. Kota ini merupakan salah satu kota dalam wilayah Kabupaten Banyuasin yang penduduknya cukup padat. Wilayah kota ini terletak pada ketinggian ± 12 meter diatas permukaan laut, dengan suhu minimum 24 C dan suhu meksimum 36 C. Curah hujan diwilayah ini adalah 132 hari dalam satu tahun, sedangkan jumlah curah hujannya adalah 1.116 mili-meter per-tahun. Kota pangkalan balai termasuk wilayahdataran rendah, dengan jenis tanah berpasir dan mudah menyerap air, sehingga sangat cocok digunakan sebagai kawasan permukiman dan perkebunan.
             Kota Pangkalan Balai terletak dibagian timur Kota Sekayu. Wilayah ini mencangkup areal ± 7.400 Hektar, dan merupakan salah satu kota dari 27 dalam wilayah Kecamatan Pangkalan Balai.
Kota Pangkalan Balai ini termasuk kelurahan swasembada. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Sribandung, kecamatan Pangkalan Balai Kabupaten Banyuasin.
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Desa Lubuk Saung,Kecamatan Pangkalan Balai, Kabupaten Banyuasin.
 Sebelah Barat : Berbaasan dengan Desa Strio,kecamatan Pangkalan Balai,Kabupaten BANYUASIN.
 Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah Mulia Agung, kecamatan Pangkalan Balai,Kabupaten Banyuasin.

          Bentangan alam wilayah sebagian besar terdiri dari dataran rendah. Untuk lebih jelasnya masing-masing areal tanah menurut penggunaannya pada table dibawah ini :
Penggunaan Tanah :
NO Jenis Penggunaan tanah Luas (Ha) Persentase
1 Perumahan dan pemukiman 550,00 07,43
2 Fasilitas Umum 67,70 00,91
3 Fasilitas Sosial 28,50 00,38
4 Tanah sawah/perkebunan 6.753,80 91,28
Jumlah keseluruhan ialah 7.400,00 100,00

           Berdasarkan table diatas, diketahui bahwa luas wilayah persawaan dan perkebunaan di wilayah ini mencapai 91,28 % dari seluruh wilayah kota ini, sedangkan sisanya merupakan tanah perumahan dan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas social. Selanjutnya orbitasi, waktu tempuh dan letak tata kota Pangkalan Balai Kecamatan Kabupaten Banyuasin, jika diukur dengan menggunakan alat transport yang digunakan secara umum oleh masyarakat di kota ini, dapat diketahui dari data pada table berikut ini :
Obserfasi keberapa wilayah

NO Dari Pusat kota ke :
1 Jarak ke ibukota kecamatan 1,00 Km
2 Jarak ke Ibu kota Kab/kota 87,00 Km
3 Jarak ke kota provinsi 50,00 Km
4 Wilayah Lingkungan terjauh 17,00 Km

        Dari data pada table diatas, diketahui bahwa luas wilayah kota Pangkalan Balai Kabupaten Banyuasin sangat dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan, tetapi realatif jauh ke Pusat Pemerintahan Kabupaten Banyuasin dan pusat Pemerintahan Profinsi. Tetapi orbitasi wilayah ini sangat cepat dan lancar, karenaa ditunjang dengan beragam alat transportasi baik kendaraan umum maupun kendaraan milik pribadi masyarakat setempat.

B. Pemerintahan
           Membicarakan mengenai struktur pemerintahan Kota Pangkalan Balai sudah tergolong lengakap ditinjau dari segi prasarana dasarnya. Untuk lebih jelasnya dilihat pada table berikut :
Prasarana dan sarana pemerintahan
1.Kantor Lurah
2.Balai Kelurahan
3.Telepon
4.Pesawat HT
5.Mesin Tik

          Dari data pada table diatas, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana pemerintahan ini lengkap dan dapat menunjang kelancaran pelaksanaan pemerintahan di kelurahan ini.Struktur organisasi pemerintahan Kelurahan Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin terdiri dari :

1. Kepala Kelurahan
2. Seketeris Kelurahan
3. Seksi Kelurahan
4. Saksi ketentraman dan ketertiban
5. Saksi pembangunan dan Kesejahteraan Sosial
6. Saksi Pelayanan umum
7. Kelompok Jabatan fungsional PLKB, Polres, PPLP
8. Kepala Lingkungan terdiri dari 10 Lingkungan

         Khusus dari jabatan kepala lingkungan, dijabat oleh tenaga kerja sukarela yang berasal dari kepala dusun diwilayah kota ini. Jabatan-jabatan yang terdapat dalam susunan organisasi anggota pemerintahan kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin diatas, selama ini telah bekerja sama dengan baik dalam rangka melaksanakan pemerintahan dan pembangunan. Sehingga berbagai urusan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat diwilayah kota ini dapat dilaksanakan dengan baik.

C. Kehidupan Sosial dan Budaya.

Sosial merupakan suatu kebersamaan untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarkat yaitu perkutuan manusia dan selanjutnya dengan persekutuan itu dapat berusaha mendatangkan perbikan dalam kehidupan. Sedangkan budaya berasal dari kata Buddhi yang berarti budi, rasa dan karsa. Sedangkan kebudayaan merupakan hasil cipta,rasa dan karsa. Dalam membahas kehidupan social dan budaya ini akan dikemukakan tujuh unsur kebudayaan yang universal yang disebut sebagai isi pokok dari kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat yaitu : Unsur bahasa, Sistem Pengetahuan, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem mata pencarian, SIstem realigi dan kesenian.

SILAT PALEMBANG

          
           Pada zaman sekarang ini tradisi silat terutama silat dari sumsel sangat sulit untuk di jumpai bahkan hanya ada beberapa daerah saya yang masih melestariakn budaya ini seperti daerah OKU,OKI, dan Indralaya.Tetapi semenjak diadakannya PON di SUMSEL maka tradisi ini diangkat dan di pertunjukan kembali ke lingkungan masyarakat bahkan sudah dikenalkan kepada generasi muda. Dan ada stasiun Tv yang menayangkan acara tersebut sehingga dapat di lihat oleh seluru rakya Indonesia terutama masyarakat SUMSEL.

           Pencak Silat merupakan warisan yang harus tetap kita jaga, jangan di buang ataupun di lupakan begitu saja karena banyak orang yang menginginkannya.

           Blog ini berisi tentang informasi tentang pencak silat dan segala kegiatannya yang ada di Palembang yang telah di himpun dari berbagai sumber. "Saya bukan jawara ataupun pendekar, kecintaan terhadap budaya bangsa yang membuat saya ingin lebih banyak mengenal"

WISATA SEJARAH DI SUMSEL

        Untuk memajukan potensi pemikiran masyarakat khususnya masyarakat sumsel banyak upaya pemerintah Sumatra Selatan yang telah dilakukan diantaranya pembangunan tempat wisata sejarah seperti :

1. Masjid Agung
2. Pulau Kemarau
3. Benteng Kuto Besak
4. Candi Bumi Ayu(Candi Muara Enim)
5. Musium Sultan Mahmud Badarudin2
6. Monumen Pancasila
7. Musium Bala Putra Dewa

       Kebanyakan Tempat wisata ini masih di pergunakan seperti fungsinya masing-masing.
      Potensi alam di Sumatra Selatan sangatlah besar. Banyak tempat wisata alam yang dapat menimbulkan ketentraman jiwa maupun batin di antaranya :

1. Jembatan Ampera
2. Taman wisata puntikayu
3. Taman Nasional Sembilang
4. Danau Teluk Gelam
5. Air Terjun Lematang
6. Gua Putri      
7. Danau Ranau
8. Benteng Kuto Besak          

        Dan masih banyak yang lainnya yang tidak kalah menarik.                

SENI DAN BUDAYA SUMSEL

            Keragaman seni dan budaya Sumatra Selatan banyak sekali diantaranya tari-tarian,makanan,pantun bersambut,dar muluk,kerajinan,tenun,hingga tradisi yang sekarang langka di indonesia.Semua keragaman itu di jaga baik untuk menarik wisatawan asing maupun lokal untuk datang ke Sumatra Selatan.

WAYANG PALEMABANG

        Pada gambar di samping bukan merupakan wayang yang berasal dari Palemabang. Tetapi hanya ibarat saja, yang sebenarnya Kota Palembang juga memiliki wayang yang ceritanya hampir sama dengan alur cerita yang berada di pulau Jawa tapi bentuknya saja yang berbeda.

Karakter Khas
          Budayawan Palembang Johan Hanafiah menambahkan, wayang Palembang sebenarnya kebudayaan yang memiliki karakter khas dibanding dengan wayang kulit purwa asal Jawa. Namun sayang, lanjut dia, wayang Palembang sudah kehilangan generasi penerus karena dalang terakhir wayang Palembang dengan menggunakan dialog bahasa Melayu Palembang itu, Ki Agus Rusdi Rasyid, telah meninggal pada Februari 2004. Saat ini, praktis tidak ada generasi penerus yang menguasai wayang tersebut.
           Setelah era Alm Ki Agus Rusdi Rasyid usai, tambahnya seni tradisional, terutama wayang Palembang semakin ditinggalkan masyarakat, karena dinilai monoton dan tidak memiliki daya jual yang menarik.
          Dia memaparkan, wayang Palembang diperkirakan tumbuh sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, saat Arya Damar yang terpengaruh budaya Jawa berkuasa di daerah Palembang. Wayang itu kemudian terus tumbuh dengan karakter lokal sehingga menjadi khas Palembang.
          Wayang Palembang memiliki bentuk fisik dan sumber cerita yang sama dengan wayang purwa dari Jawa. Bedanya, wayang Palembang dimainkan dengan menggunakan bahasa Melayu Palembang, dan perilaku tokoh-tokohnya lebih bebas, sementara wayang purwa menggunakan bahasa Jawa dan perwatakan tokohnya ketat dengan pakem-pakem klasik.
          Pada masa sekarang, cerita wayang yang berasal dari Kota Palembang masih ada, dan bisa di simakdi RRI (Radio Republik Indonesia).

SEWET PALEMBANG



          Kain khas Sumatera Selatan yang bernama Sewet Tajung ini terdiri atas 2 macam, yaitu yang khusus dipakai oleh wanita, disebut Sewet Tajung Belongsong, sedangkan kain sewet tajung yang dipakai kaum pria disebut Sewet Tajung Gebeng.
          Selain itu ada lagi yang disebut dengan Tajung Rumpak atau Tajung Bumpak. Sewet Tajung dalam pembuatannya sebagian memakai benang emas.
Macam-macam Sewet Tajung adalah:
• Limar,
• Limar Patut,
• Petak-petak berwarna (merah, kuning, biru, abu-abu dan lain sebagainya),
• Gerbik,
• Belongsong (khusus wanita).

SENI DAN BUDAYA SUMSEL

          Apa itu dul muluk? Dul muluk adalah teater tradisional yang berkembang di Sumatera Selatan. Konon seni pertunjukan ini bermulai dari syair Raja Ali Haji, sastrawan yang pernah bermukim di Riau. Nah, karya sang raja ini terkenal dan menyebar hingga Palembang.
          Suatu hari, seorang pedagang keturunan Arab, Wan Bakar, membacakan syair tentang Abdul Muluk di sekitar rumahnya di Tangga Takat, 16 Ulu. Acara itu menarik minat masyarakat sehingga datang berkerumun. Agar lebih menarik, pembacaan syair kemudian disertai dengan peragaan oleh beberapa orang, ditambah iringan musik.
          Pertunjukan itu mulai dikenal sebagai dul muluk pada awal abad ke-20. Pada masa penjajahan Jepang sejak tahun 1942, seni rakyat itu berkembang menjadi teater tradisi yang dipentaskan dengan panggung. Grup teater kemudian bermunculan dan dul muluk tumbuh dan digemari masyarakat.
Dalam dul muluk ada lakon, syair, lagu-lagu Melayu, dan lawakan. Lawakan, yang biasa disebut khadam, sering mengangkat dan menertawakan ironi kehidupan sehari- hari masyarakat saat itu.
          Bentuk pementasan dul muluk serupa dengan lenong dari masyarakat Betawi di Jakarta. Akting di panggung dibawakan secara spontan dan menghibur. Penonton pun bisa membalas percakapan di atas panggung. Bedanya sudah pasti di bahasa yang digunakan. Kalau lenong menggunakan bahasa Betawi, dul muluk menggunakan bahasa Melayu dan bahasa Palembang.

KEUNIKAN TARI TANGGAI

          
             Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang, dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga.
             Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.
             Kebanyakan tari tanggai ini di tampilkan pada saat melakukan suatu hajatan sepeerti menyambut pernikahan maupun kedatangan para pejabat besar yang berkunjung ke daerah sumatra selatan.

Rabu, 01 September 2010

TAMAN WISATA SEMBILANG


         Taman Nasional Sembilang (TNS) yang terletak di pesisir timur Provinsi Sumatera Selatan merupakan kawasan lahan basah yang sebagian besar terdiri dari hutan mangrove dengan hutan rawa air tawar dan hutan rawa gambut yang terletak di belakangnya. Hutan mangrove yang meluas hingga 35 km ke arah darat (hulu) di kawasan ini merupakan sebagian kawasan hutan mangrove terluas yang tersisa di sepanjang pantai timur pulau Sumatera.
Kawasan TN Sembilang ini didasarkan pada rekomendasi Gubernur Provinsi Sumatera Selatan (Surat Rekomendasi No 522/5459/BAPPEDA-IV/1998), dan SK Menteri Kehutanan pada tanggal 15 Maret 2001, No. 76/Kpts-II/2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Selatan, yang didalamnya tercantum penunjukan kawasan Sembilang menjadi Taman Nasional. Hal ini telah ditindaklanjuti oleh Gubernur Provinsi Sumatera (berdasarkan surat no 522/5128/I tanggal 23 Oktober 2001), dengan meminta penetapan kawasan Taman Nasional Sembilang dengan luas 205.750 ha.
        Berdasarkan Perda Provinsi Sumatera Selatan Nomor 5 tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), kawasan seluas 205.750 ha yang ditunjuk sebagai Taman Nasional ini merupakan penggabungan dari kawasan Suaka Margasatwa (SM) Terusan Dalam (29.250 ha), Hutan Suaka Alam (HSA) Sembilang seluas 113.173 ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) Sungai Terusan Dalam seluas 45.500 ha dan kawasan perairan di sekitarnya seluas 17.827 ha. Posisi geografis kawasan yang ditunjuk sebagai TN Sembilang ini terdapat pada 104011’-104094’ Timur dan 1.630-2.480 Selatan. Secara administratif pemerintahan termasuk wilayah kerja Desa Sungsang IV, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), Provinsi Sumatera Selatan; sedangkan secara administratif kehutanan berada di bawah Resort Terusan Dalam dan Resort Sembilang, Sub Seksi KSDA wilayah MUBA, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Selatan.
           Kawasan TN Sembilang yang sebagian besar teridiri dari kawasan mangrove dengan banyak muara sungai dan dataran lumpur yang luas, merupakan kawasan pesisir yang subur dan kaya akan keanekaragaman hayati. Kawasan ini merupakan habitat bagi sejumlah spesies penting/terancam seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Macan Dahan (Neofelis nebulosa), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Lumba-lumba Tanpa-sirip Punggung (Neophocaena phocaenoides), Buaya Muara (Crocodylus porosus), serta lebih dari 32 spesies burung air, termasuk spesies yang status populasinya rentan (vulnerable) di dunia seperti Bangau Bluwok (Mycteria cinerea), Bangau Tontong (Leptoptilos javanicus), dan Trinil-lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus). Dataran lumpur yang luas di kawasan ini merupakan habitat persinggahan bagi ribuan burung air migran terutama pada bulan Oktober hingga April. Hutan mangrove yang ada juga merupakan habitat yang subur bagi perikanan (ikan dan udang).
         Berdasarkan survei lapangan (contoh: Silvius 1986; Danielsen & Verheught 1990) yang memperlihatkan pentingnya nilai ekologi kawasan pesisir antara Banyuasin dan sungai Benu, kawasan Sembilang diusulkan menjadi kawasan Suaka Margasatwa dengan kawasan seluas 387.500 ha yang meliputi hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan mangrove, dan dataran lumpur (Danielsen dan Verheugt 1990); dan pada tanggal 12 Juli 1998, Kepala Kanwil Kehutanan Sumatera Selatan telah mengajukan surat perihal rekomendasi rencana penetapan Taman Nasional Sembilang kepada Gubernur provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan surat ini, Gubernur menyetujui rekomendasi tersebut (Surat Gubernur Provinsi Sumatera Selatan No 522/5459/Bap-10/98, tanggal 14 Desember 1998).
        Luas kawasan Taman Nasional Sembilang mencakup 205.750 ha (berdasarkan RTRW Propinsi Sumatera Selatan; SK Menteri Kehutanan No 76/Kpts-II/2001, tanggal 15 Maret 2001), yang sebagian besar mencakup hutan mangrove di sekitar sungai-sungai yang bermuara di teluk Sekanak dan teluk Benawang, Pulau Betet, Pulau Alagantang, Semenanjung Banyuasin serta perairan di sekitarnya. Kawasan ini merupakan penggabungan kawasan Suaka Margasatwa (SM) Terusan Dalam (29.250 ha), Hutan Suaka Alam (HSA) Sembilang seluas 113.173 ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) Sungai Terusan Dalam seluas 45.500 ha dan kawasan perairan di sekitarnya seluas 17.827 ha.
         Secara geografis, kawasan yang ditunjuk sebagai Taman Nasional Sembilang berbatasan :- di sebelah Utara dengan Sungai Benu dan batas Provinsi Jambi- di sebelah Timur dengan Selat Bangka, Sungai Banyuasin- di sebelah Selatan dengan Sungai Banyuasin, Sungai Air Calik, dan Karang Agung- di sebelah Barat dengan Hutan Produksi wilayah ex HPH PT Riwayat Musi Timber dan PT. Sukses Sumatra Timber (saat ini termasuk wilayah INHUTANI V); dan juga kawasan transmigrasi (Karang Agung Tengah, Karang Agung Ilir).

Aksesibilitas
Untuk menjangkau kawasan TN Sembilang dapat ditempuh melalui jalur kapal motor (speed boat) 40PK selama ± 2 jam perjalanan dari ibukota kecamatan Banyuasin II (Sungsang) atau ± 4 jam dari ibukota provinsi Sumatera Selatan (Palembang).

Topografi
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1013 (skala 1:250.000) yang diterbitkan dari BAKOSURTANAL, kawasan TN Sembilang memiliki topografi datar.

Geologi, Geomorfologi dan Tanah
TN Sembilang merupakan bagian dari lahan rawa yang lebih luas dengan formasi sedimen Palembang. Selama era Pleistocene, kawasan tersebut terdapat pada tepi lempeng Sunda, dan pada era Holocene kawasan tersebut digenangi air akibat naiknya temperatur bumi (dan juga naiknya muka air laut). Saat ini, kawasan tersebut ditutupi oleh tanah liat marin muda dan sedimen sungai. Sebagian besar kawasan ini didominasi oleh sedimen alluvia (termasuk sedimen marin dan sedimen organik di pesisir, dan deposit organik, biasanya sebagai kubah gambut jauh di daratan). Kubah gambut terdalam terdapat di dekat perbatasan provinsi Jambi, tepatnya di antara sungai Terusan Dalam dan Sungai Benu. Elevasi kawasan TN Sembilang berkisar antara 0 hingga 20 m dpl, dengan variasi pasang surut hingga 3,5 m (Danielsen & Verheught 1990). Tanah umumnya terdiri dari histosol (termasuk typic haplohemists, typic hydraquents, typic sulfaquents, histic sulfaquent, sodic psammaquents) dan inceptisol (termasuk sulfic endoaquepts dan typic sulfaquepts).

Iklim
Iklim tropis dengan rata-rata curah hujan pertahun sebesar 2.455 mm (1989-19 melingkupi kawasan TN Sembilang. Musim kering biasanya terjadi di bulan Mei hingga Oktober, sedangkan musim hujan dengan angin baratdaya yang kuat terjadi di bulan November hingga April. Iklim dapat dijabarkan sesuai dengan Z
ona C : 5 hingga 6 bulan berturut-turut bulan basah dan 3 bulan atau kurang berturut-turut bulan kering (Whitten et al. 2000:15, menurut Oldeman et al. 1979).

MAKANAN KHAS SUMATRA SELATAN (BANYUASIN)


              Pempek merupakan makanan khas tradisional Palembang paling terkenal yang terbuat dari bahan dasar daging ikan giling (biasanya ikan Belido, tenggiri atau ikan gabus) dan tepung tapioka. Jenisnya antara lain ada pempek lenjer, telor besar (kapal selam), pastel( isian sayur pepaya muda yg dibumbui), kerupuk (kriting), tahu, lenggang, panggang, serta adaan.

Selasa, 31 Agustus 2010

                               KABUPATEN BANYUASIN
 
Kabupaten Banyuasin terletak antara 1,30° – 4,0° Lintang Selatan dan 104° 00’ – 105° 35’ Bujur Timur . Wilayah Banyuasin pada sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Muara Jambi Propinsi Jambi dan Selat Bangka. Sebelah Timur Banyuasin berbatasan dengan Kecamatan Pampangan dan Air Sugihan Kabupaten OKI, bagian barat Banyuasin berbatasan dengan Kecamatan Sei Lilin, Lais, Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin, sedangkan pada sisi selatan berbatasan dengan Kecamatan Sira Pulau Padang Kabupaten OKI, Kota Palembang, Kecamatan Gelumbang, dan Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Muara Enim
Kabupaten Banyuasin mempunyai luas sebesar 11.833.029 km2. Berpenduduk 548,838 orang, mayoritas muslim.
Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu wilayah di Sumatera Selatan yang terdapat laut, yang berbatasan dengan selat bangka.
Kabupaten Banyuasin juga merupakan daerah penghasil ikan, disamping itu juga disini banyak terdapat perkebunan karet dan kelapa sawit.
Di kawasan Timur terdapat huatn suaka margasatwa sembilang seluas 45.000 hektare, tempat ini merupakan surga bagi berbagai jenis burung dan binatang yang dilindungi seperti bangau, tongtong, bangau putih, sindang lawe, pelican, itik liar, rajawali, rangkong jambul dan kangkareng. Bahkan terdapat pula buaya dan lumba-lumba air tawar.